watch sexy videos at nza-vids!
WWW.CERITAINDO.SEXTGEM.COM

Find us On Facebook and Twitter
facebook.jpg | twitter.jpg

PENGALAMAN SEORANG ISTRI
<

Setelah didesak oleh suamiku, dengan alasan
bahwa tidak ada salahnya berbagi pengalaman
agar rekan-rekan dapat melihat dan menambah
pengetahuan tentang kehidupan seksual kami,
akhirnya aku mau juga menceritakan
pengalaman seksualku, dengan syarat bahwa
tidak ada nama sesungguhnya. Saat ini jika anda
membaca tulisan ini, suami sayalah yang
menulis serta meramu menjadi suatu tulisan,
saya hanya bercerita tentang pengalaman,
perasaan dan pikiran saya. Silakan apabila anda
ingin bertanya, sharing ataupun berdiskusi,
dengan saya ataupun dengan suami saya.
Pacaran dan Kontak Seksual
Sejak kecil, orang tuaku menekankan bahwa area
kelamin adalah jorok, kotor dan sebagainya. Aku
masih ingat ketika masih kecil, ketika aku
memegangi kelaminku, ibuku mengatakan
bahwa itu tidak bagus, jorok, kotor, banyak
kuman. Mungkin karena sejak kecil ditanamkan
hal tersebut, maka sampai aku berpacaran, aku
tidak pernah masturbasi. Tidak terlintas dalam
pikiranku untuk memikirkan hubungan seksual
atau memainkan alat kelaminku sendiri. Selama
aku belum mengenal suamiku, hampir tidak ada
kontak seksual antara aku dan pria.
Aku hanya berpacaran 2 kali. Pertama pada saat
duduk di bangku SMA, yang kedua adalah
dengan Abang, suamiku. Pada saat berpacaran
untuk pertama kali, kami berpacaran tidak
sungguh-sungguh. Pada saat itu aku masih tidak
tahu apa yang harus dilakukan dalam berpacaran
(aku anak yang dimanja orang tua, sampai SMP
aku masih bersikap layaknya anak kecil, dan
orang tuaku over protective). Hubunganku
dengan pacar pertama hanya singkat saja, hanya
berjalan 1 bulan, itupun tanpa jalan bareng, tanpa
datang ke rumah dan lain-lain. Hanya berpacaran
atau bertemu dan mengobrol ala kadarnya di
sekolah. Tidak ada kontak seksual sama sekali
dengannya.
Makin lama memang pengetahuanku tentang
seksualitas meningkat seiring dengan usiaku
yang bertambah, pada waktu di SMA aku sudah
mengetahui tentang hubungan seksual, akan
tetapi aku tidak merasa tertarik untuk
melakukannya. Pernah bersama teman-temanku
menonton film biru. Aku terkaget-kaget
menyaksikan adegan itu, karena tidak mengira
ada orang yang mau mempertontonkan alat
kelamin mereka dan memainkannya dengan
tangan, mulut, dan terakhir bersenggama. Aku
dan temanku muak melihatnya, hanya beberapa
adegan, kemudian kami mematikan film tersebut
dan termangu, dan kami berkomentar bahwa
hal itu menjijikan.
Menonton film (apalagi film porno), mendengar
cerita jorok tidak membuatku ingin melakukan
hubungan seksual. Namun seiring dengan itu,
beberapa kali aku ingat bahwa aku bermimpi
bermesraan dengan pria, dan muncul hasrat
seksual, akan tetapi kepuasan itu tiba tanpa
adanya hubungan seksual, hanya sekedar
bermesraan, atau berpelukan. Aku tidak ingat
berapa kali aku bermimpi seperti itu, tapi yang
jelas tidak terlalu sering, biasanya hal ini datang
periodik, seperti halnya datang bulan. Aku
berpikir, mungkin ini disebabkan siklus hormon
dalam diriku saja.
Dengan Abang, demikian panggilanku kepada
pacar kedua, yang sekarang adalah suamiku,
lain. Kami berpacaran ketika aku sudah kuliah.
Kami bertemu di kampus. Hubungan kami pun
semula biasa saja, sebatas junior dan senior.
Tidak ada perasaan deg-degan ketika bertemu
dengannya, aku juga tidak ngecengin Abang,
dan dari pengakuannya, sebetulnya Abang pada
saat itu sebetulnya sedang berusaha mendekati
teman dekatku, Vita.
Hubunganku dengan Abang berjalan cukup
lama, kami menikah setelah kurang lebih 4 tahun
berpacaran. Karena Abang lebih dulu lulus, maka
tahun-tahun terakhir berpacaran, kami berbeda
lokasi yang lumayan jauh, yang mana tidak
dapat bertemu setiap saat. Namun, selama kami
berada di satu kota, banyak hal yang berkaitan
dengan kontak seksual yang aku dan Abang
lakukan selama berpacaran. Dan pengalaman
seksualku dengan Abang adalah pengalaman
seksual yang pertama, dan satu-satunya pria
yang kusayangi.
Kontak seksual dengan Abang pertama adalah
ketika Abang mencium keningku. Saat itu aku
merasa senang sekali karena aku merasa bahwa
Abang sayang padaku. Sejak saat itu, Abang
mulai berani mencium pipiku. Setiap ada
kesempatan, pasti Abang mencium pipiku. Aku
merasa senang bila Abang mencium pipiku.
Terkadang aku merinding geli, dan ada rasa aneh
yang menjalar di sekujur badan bila Abang
mencium pipiku lama-lama dan mulai menciumi
bagian dekat telinga.
Aku tidak ingat lagi, kapan pertama kali Abang
mencium bibirku. Saat itu aku masih kaku sekali.
Abang mencium bibirku, dan aku hanya diam
saja, tidak tahu apa yang harus aku lakukan. Saat
itu ciuman di bibir terasa biasa saja, tidak ada
aliran listrik, tidak ada serrr. Biasa saja. Aku
malah lebih senang bila Abang mencium kening
atau pipiku. Apalagi kalau mencium pipi lama-
lama. Aku jadi bingung, kenapa banyak yang
bilang bahwa ciuman bibir menyenangkan,
menggairahkan dan lain-lain. Aku tidak dapat
merasakan kenikmatannya. Semakin sering
berciuman, Abang mengajariku teknik
berciuman. Aku mengambil kesimpulan, aku
ikuti apa yang Abang lakukan terhadap diriku.
Kalau Abang mengisap bibirku, maka aku juga
melakukan hal yang sama. Ternyata ciuman
bibir begitu menyenangkan sekali. Aku sangat
menyukainya, apalagi bila mulai memainkan
lidah. Ada perasaan nikmat tersendiri ketika aku
mengulum bibir dan lidah Abang.
Saat berciuman, biasanya tangan Abang
memeluk diriku sehingga tangannya melingkari
badanku, sehingga tangannya dapat
menggosok-gosok punggungku. Aku sangat
menyukainya, karena aku merasa begitu dekat
dengan dirinya. Sejak kecil, memang aku selalu
dimanja, oleh karena itu, aku sangat senang
kalau dipeluk, dielus-elus dan dimanja. Lama-
kelamaan, Abang semakin berani, ia tidak hanya
menggosokkan tangannya dari luar baju, akan
tetapi mulai masuk melalui bawah baju atau kaos
yang aku pakai dan membelai langsung kulit
punggungku. Semula aku agak risih, tapi lama-
lama aku tidak keberatan, dan malah aku merasa
senang sekali. Semakin lama kami berpacaran,
kontak seksual kami semakin seru.
Setelah seringkali kami berciuman, berpelukan
dan akhirnya pada suatu saat, kami bercumbu,
dan kami berada dalam posisi aku terbaring
telentang, dengan tubuh Abang berada di atasku.
Aku merasakan sesuatu yang keras di bagian alat
kelaminku. Aku tidak mengerti bahwa yang
menempel pada alat kelaminku adalah alat
kelaminnya yang mengeras. Aku hanya
merasakan ada kenikmatan ketika alat kelaminku
terkena bagian tubuh Abang yang keras, tanpa
sadar aku biasanya ikut menggoyangkan
pinggulku ketika Abang menggoyangkan
pinggulnya menekan lebih kuat bagian tubuhnya
ke kelaminku.
Gerakan itu tidak kurencanakan, tapi entah
kenapa saat itu aku menggerakkan pinggulku,
walaupun kami masih menggunakan celana
lengkap (aku lebih sering menggunakan celana
jeans dari pada rok) namun aku dapat
merasakan nikmat pada diriku. Semakin aku
bergoyang, rasa nikmat itu bertambah, ada rasa
nikmat pada alat kelaminku. Biasanya setelah
lama bercumbu seperti itu, Abang mengejang
dan lemas. Aku baru tahu, bahwa saat
mengejang itulah Abang orgasme. Biasanya
akan tampak basah di celananya. Aku merasa
lega bila Abang sudah mencapai puncak
kepuasan bila sedang bergumul, bukan karena
aku merasa puas, akan tetapi terlepas dari rasa
takut dan rasa bersalah. Aku selalu merasa
bahwa ada perasaan yang tidak enak, perasaan
bersalah dan rasa takut, sepertinya aku merasa
sangat berdosa.
Aku serba salah, selama bergumul, aku merasa
ada hasrat atau keinginan yang aneh,
kemaluanku sangat nikmat jika tertekan tubuh
Abang. Aku sangat menikmatinya. Beberapa kali,
terutama jika aku mengenakan celana yang
berbahan halus, aku bisa mencapai orgasme.
Sebelumnya aku tidak pernah orgasme.
Beberapa kali bergumul aku merasakan
orgasme, perasaan yang nikmat luar biasa. Di
sisi lain, setelah merasakan kenikmatan yang
tiada taranya, aku selalu merasa bersalah,
berdosa dan ingin rasanya menyendiri. Oleh
karena itu, setelah orgasme biasanya aku segera
melepaskan diri dari dekapan Abang, dan minta
Abang turun dari tubuhku. Hal ini disebabkan
aku ingin menyendiri, tidak ingin bersama
Abang, dan menyesal. Ironisnya, aku tidak tahu
apa yang aku sesali. Aku melakukan hal itu
bersama, dan sebetulnya kami tidak melakukan
hubungan seksual yang sebenarnya, jadi tidak
harus merasa terlalu bersalah. Akan tetapi aku
sendiri tidak tahu, kenapa perasaan bersalah,
berdosa itu selalu muncul ketika bercumbu berat
ataupun setelah orgasme.
Tidak jarang berpikir bahwa aku tidak akan
melakukannya lagi. Tapi pikiran ini tidak pernah
terjadi, aku selalu dan selalu akan melakukan hal
itu lagi tanpa dapat menahan keinginanku.
Berkali-kali itu pula Abang selalu kuminta
melepaskan pelukan dan dekapan ketika aku
habis orgasme. Suatu saat Abang bertanya,
mengapa aku selalu menolak atau meminta
Abang untuk melepaskan pelukan. Aku
berbohong mengatakan bahwa jika aku
orgasme aku merasa kepanasan. Hal ini berulang
kali setiap kami bergumul, dan setiap kali aku
orgasme, dengan penuh perhatian Abang
mengipasi diriku dengan majalah, koran ataupun
kipas.
Lama kelamaan aku merasa tidak enak telah
berbohong dengan orang yang aku sayangi.
Akhirnya aku mengakui bahwa ada perasaan
tidak enak ketika habis melakukan kontak seksual,
apalagi kalau orgasme. Bahkan terkadang aku
merasakan perasaan itu ketika hasrat seksualku
mulai bangkit, ketika sedang bercumbu. Abang
mengerti perasaanku, dan Abang bercerita
bahwa sebelumnya Abang juga merasakan hal
yang sama, yaitu perasaan bersalah yang amat
sangat setelah bermasturbasi (lihat pengalaman
seksual Abang pada tulisan terdahulu). Abang
bercerita bahwa hal itu dapat hilang dengan
sendirinya bila kita menganggap bahwa hal itu
hal yang wajar, biasa saja, dan kita juga
memahami bahwa sebetulnya dorongan seksual
adalah normal untuk setiap manusia. Jadi kita
tidak perlu merasa terlalu bersalah untuk
melakukan hal ini (jika dipikir memang apa yang
Abang katakan benar, tapi tentunya hal ini tidak
sesuai dengan norma yang ada).
Secara logika aku menerima pendapat Abang,
bahwa kebutuhan seksual adalah salah satu
kebutuhan manusia yang perlu dipenuhi, seperti:
makan, minum, tidur. Perlahan-lahan aku
mencoba untuk menerima saran Abang. Aku
berusaha melupakan perasaan bersalah. Abang
juga terus meyakinkan aku dengan
menunjukkan kepadaku literatur-literatur serta
tulisan-tulisan yang dia peroleh dari berbagai
sumber tentang kehidupan seksual wanita. Buku
pengetahuan tentang seksual Abang, baik dari
dalam maupun luar negeri cukup banyak.
Beberapa literatur diberikannya kepadaku.
Perlahan-lahan memang perasaan bersalah itu
berkurang, namun, tetap tidak dapat hilang dari
perasaanku. Aku masih tetap merasakan
perasaan bersalah.
Tentang Kelamin Pria
Sejalan dengan umur pacaran kami, kami
menjadi lebih berani dalam bercumbu. Kami
menjadi lebih saling terbuka dalam
mengungkapkan masalah-masalah seksual. Ada
hal yang amat berharga bagiku, yaitu bahwa
Abang tidak senang bila ia ditolak ketika
pergumulan sedang mulai, biasanya dia akan
muram bila pergumulan berjalan setengah dan
terhenti. Hal lain yang aku pelajari adalah bahwa
Abang sangat tidak senang apabila ketika sedang
bergumul aku tertawa. Kejadiannya adalah,
Abang selalu berusaha untuk memegang
payudaraku ketika sedang bergumul, entah
mengapa, aku tidak dapat menikmatinya, geli
sekali apabila payudaraku diraba.
Suatu kali karena tidak tahan, aku tertawa ketika
payudaraku diraba. Abang marah sekali saat itu.
Untunglah Abang mau mengerti bahwa aku
bukan mentertawakan apa yang kita lakukan,
akan tetapi karena geli sekali. Abang mau
mengerti, akhirnya Abang mengalah dan tidak
lagi mencoba memegang payudaraku (that’s
why I love him, sabar dan mau mengerti aku).
Aku sendiri tidak mengerti, kenapa aku sangat
geli ketika payudaraku disentuh. Dari cerita-cerita
teman-teman maupun bacaan yang kubaca, aku
tahu bahwa biasanya wanita akan sangat
terangsang dan senang bila payudaranya
disentuh atau dipegang pada saat melakukan
kontak seksual. Payudara adalah bagian tubuhku
yang paling akhir Abang lihat dan sentuh. Abang
malah terlebih dahulu melihat kemaluanku
sebelum melihat payudaraku (lihat tulisan
tentang payudara).
Kontak seksual lain yang kami lakukan sebelum
menikah adalah petting. Abang yang memulai
mengurangi pakaian yang dikenakan ketika
petting. Semula ia mengatakan bahwa
kemaluannya agak sakit bila mengenakan celana
panjang, ia kemudian hanya mengenakan celana
dalam ketika petting, semakin lama, ia
memintaku untuk mengganti celana panjang
dengan celana pendek, dengan alasan lebih enak
dan tidak panas. Biasanya kalau kami berduaan,
aku langsung mengganti celana pendek, juga bila
aku ke tempat kost Abang karena aku membawa
celana pendek, atau menggunakan celana
pendek Abang. Selain lebih enak, juga biar dapat
dengan segera melayani Abang tanpa harus
menunda gejolak dengan mengganti celana
dulu. Biasanya nafsuku dapat langsung hilang
bila ada sesuatu yang menunda. Lama-kelamaan
aku mulai melepas celana pendek dan hanya
menggunakan celana dalam saja. Hal ini
kulakukan selain aku semakin sayang dan
percaya sama Abang, aku lebih senang karena
sentuhan kulit dengan kulit semakin terasa.
Suatu kali, ada pengalaman yang sangat
menarik, yaitu ketika itu siang hari, dan kami
ingin tidur siang bersama (benar-benar tidur).
Abang mengatakan bahwa ia ingin membuka
celana dalamnya, hal ini memang kebiasaan
Abang tidur. Dia mengatakan bahwa Abang
punya kebiasaan membuka celana sama sekali
ketika tidur. Waktu itu aku tidak percaya, dan
tidak mengerti mengapa, aku mengira bahwa
Abang mengada-ada. Saat itu aku hanya bilang
terserah Abang, dan aku segera masuk selimut
dan berbaring miring memunggungi Abang.
Tidak lama kemudian Abang berbaring sambil
memelukku dari belakang. Aku pegang
tangannya, Tidak seperti biasanya, ketika kakiku
bergerak, ada perasaan aneh di sekitar pahaku
(aku hanya mengenakan celana pendek waktu
tidur saat itu). Ada seperti menyentuh rambut
halus, dan ada seperti benda Aneh. Aku sukar
menggambarkannya, akan tetapi aku berpikir,
pasti itu adalah alat kelamin Abang. Aku kaget
sekali, dan aku langsung bertanya ke Abang,
apakah dia jadi membuka celananya. Abang
mengiyakan. Aku terheran-heran.
Kemudian Abang bercerita tentang kondisi
kemaluannya, ia bercerita bahwa ia disunat dan
seterusnya. Pada waktu itu yang menarik adalah
bahwa Abang menawarkan untuk
memperlihatkan kemaluannya kepadaku. Aku
saat itu sebetulnya ingin sekali melihat, akan
tetapi malu untuk memintanya. Abang
sepertinya tahu, lalu aku diminta berbaring di
dadanya, (aku suka sekali berbaring di dadanya)
dengan kepala menengok ke arah kakinya
(bayangkan apabila anda bersama pasangan
anda berjalan berdua, lalu tangan laki-laki
merangkul, seperti itulah kami berbaring, tapi
saat ini kepalaku bertumpu pada dadanya), lalu
Abang menyingkapkan selimut yang menutupi
kemaluannya, dan dari balik selimut aku melihat
benda yang belum pernah kulihat (live show)
sebelumnya, kelamin pria dewasa.
Aneh rasanya melihat kelamin pria, aku sama
sekali tidak terangsang, namun aku tertarik sekali
dan ingin melihat lebih jelas. Lalu dengan masih
berbaring, Abang menjelaskan kepadaku bagian-
bagian, nama-namanya, gunanya dan lain-lain.
Ia juga memperlihatkan luka bekas sunat. Ia
menceritakan banyak tentang alat kelaminnya.
Aku senang sekali mendapatkan pengetahuan
baru tentang seksualitas. Alat kelamin pria! Saat
itu alat kelamin Abang kulihat jelek sekali, keriput
hitam dan ada urat-uratnya, ditambah lagi
rambut keriting yang ada di sekitar batang hitam
itu. Aku sama sekali tidak tertarik secara seksual
melihat kemaluannya.
Abang juga menawarkan kalau ingin menyentuh
alat kelaminnya. Aku sedikit bingung, antara mau
tahu, malu dan juga agak jijik. Aku hanya
menutupkan mata dan menggidikkan wajah.
Abang seakan tahu bahwa aku sedang bimbang,
maka dia memegang tanganku, dan
dibimbingnya tanganku ke kelaminnya. Saat itu
tanganku terkepal kuat, namun Abang tetap
menyentuhkan jariku ke kelaminnya dengan
lembut. Ada suatu yang lembut kurasa di jari-
jariku. Perlahan kubuka kepalan tangan, dan
Abang tidak lagi memegang tanganku dengan
kuat, tapi memegang dengan lembut dan
membimbing tanganku menyentuh kelaminnya.
Aku pun pelan-pelan mulai melihat tanganku
yang sedang menyentuh alat kelaminnya. Aneh,
benda jelek seperti ini mempunyai kulit yang
sangat lembut. Di dalam scrotum-nya tampak
dua bola yang bergerak-gerak.
Aku memberanikan diri untuk memegang
batang kemaluannya setelah bertanya apakah
akan sakit atau tidak. Aku memegangnya dengan
dua jariku. Aku melihat-lihat dan membalik-
balikkan batang kelamin Abang, (jeleknya
kelamin pria ini, pikirku saat itu). Abang berkata
bahwa ia senang sekali karena aku mau
memegangnya. Saat itu aku berterima kasih
sekali karena Abang mau menunjukkan sesuatu
yang baru kuketahui, yang sebetulnya sudah
lama aku ingin tahu, seperti apa sih alat kelamin
pria itu. Saat ini aku melihat dengan mata
kepalaku sendiri, bukan hanya melihat, tapi
menyentuh, dan memegangnya. Aku pun tahu
nama dan guna bagian dari alat kelamin pria,
bukan hanya teori, tapi langsung melihat dan
menyentuhnya. Saat itu aku merasa senang
sekali. Siang itu kami tidak melakukan petting,
tapi kami tidur siang berdua, aku tetap berbaring
dengan kepala bersandar di dadanya, dan
tertidur ketika aku masih memandangi dan
memegang mainan baruku.
Sejak aku melihat dan memegang alat kelamin
Abang, Abang tambah membekaliku dengan
berbagai pengetahuan tentang kontak seksual.
Abang mengajariku untuk memanipulasi alat
kelamin pria yang benar. Abang mengatakan
bahwa pria amat senang apabila wanita
memegang alat kelaminnya. Aku tertarik sekali,
dan kebetulan setelah berkali-kali aku memegang
dan melihatnya, aku tertarik untuk
memegangnya. Adalah hal yang menarik dan
lucu melihat alat kelamin pria yang tadinya
lemas, dan kecil terkulai, bisa menjadi batang
keras, besar yang tegak. Tidak jarang batang
kemaluan Abang berdenyut. Aku suka sekali
sensasi ketika memegang batang kemaluan
Abang dan batang kemaluan tersebut berdenyut.
Dari Abang aku diajari cara untuk memegang
batang kemaluan secara benar, membelai dan
memainkan scrotum yang menyenangkan tapi
tidak menyakitkan, aku juga tahu bahwa bagian
kepala sangat sensitif jadi sebaiknya tidak dengan
gesekan yang terlalu kuat. Saat itu, aku menjadi
suka sekali dengan batang kemaluan, terutama
memainkannya dengan tanganku. Abang akan
menggeliat kenikmatan apabila batang
kemaluannya kupelintir-pelintir seperti melinting
rokok. Tidak jarang aku sengaja membuka
retsleting dan memegangi kelamin Abang ketika
di dalam mobil (biasanya malam-malam). Aku
menjadi senang memegang batang kemaluan,
gemas rasanya memainkan batang kemaluan
pria.
Biasanya apabila aku sedang memainkan batang
kemaluan Abang, hasratku muncul, dan
biasanya akan dilanjutkan dengan petting yang
diakhiri dengan orgasme Abang dalam perasan
tanganku. Pada kesempatan itulah aku juga tahu
tentang sperma yang keluar dari batang
kemaluan, rasanya pekat, lengket, berwarna
putih dan hangat. Cairan sperma sangat kental
dan kalau tidak ditutup atau dihalangi dapat
menyemprot keluar jauh sekali. Jadi, setiap
Abang mau orgasme, biasanya aku menutupi
lubang kelaminnya dengan tissue atau celana
dalamnya. Aku lebih senang menutupi dan
melap dengan celana dalamnya, karena bila
dengan tissue, biasanya tissue akan lengket di
tanganku, atau di kelamin Abang.
Tidak seperti yang diceritakan di buku porno
ataupun cerita-cerita porno, sperma Abang tidak
berbau sama sekali, tapi memang repot juga
kalau sudah mau orgasme, sibuk mencari tissue
atau celana dalam (tapi aku senang lho). Entah
kenapa, aku selalu merasa senang sekali kalau
Abang orgasme. Kalaupun aku tidak mengalami
orgasme, akan tetapi aku sangat senang dan
bahagia melihat Abang orgasme. Hal ini
memang tidak terlalu sering terjadi, karena
biasanya bila melakukan petting, aku akan
orgasme terlebih dahulu, baru kemudian Abang
akan orgasme setelah melakukan petting lagi
denganku atau dengan aku memijat dan
meremas batang kemaluannya.
Petting dan Oral Seks
Pengalamanku bertambah lagi setelah aku mulai
berani mencium batang kemaluan Abang.
Semula aku ragu-ragu, karena aku masih
berpendapat bahwa kelamin itu jorok. Namun
setelah Abang berulangkali meyakiniku, bahwa
alat kelamin tidak jorok, dan hampir sama
dengan anggota tubuh yang lain, maka aku
perlahan-lahan mulai memberanikan diri.
Semula aku hanya mau mencium dengan
menempelkan bibir saja. Hal itu setelah dipaksa
oleh Abang. Tapi lama-lama, aku terbiasa, dan
ada daya tarik sendiri, entah apa. Aku menjadi
suka menciumi batang kemaluan Abang. Aku
lalu bertanya, sebetulnya apa yang disukai
Abang. Abang memberikan contoh yang
diinginkan dengan jarinya, tapi gambaran
tentang cara yang disukai Abang baru jelas
setelah Abang memberi contoh dengan pisang.
Ya, alat peraganya pisang, dan sangat efektif
dalam memberikan pelajaran kepadaku. Abang
menjelaskan bahwa ketika aku melakukan oral
seks, terkadang gigiku menyentuh kulitnya. Hal
ini tidak menyenangkan. Abang mencontohkan
caranya supaya tidak ada bekas gigi di kulit
pisang. Dan hasilnya? Luar biasa. Aku sendiri
terkagum-kagum atas dampak yang aku lakukan
ketika mempraktekan hisapanku. Abang begitu
menikmatinya, menggelinjang dan mendesah-
desah. Aku tidak pernah melihat Abang
menikmati kontak seksual seperti saat itu.
Oleh karena itu aku sangat menyukai oral seks,
dan sejak itu aku terbiasa dengan oral seks. Aku
dapat melakukannya dengan baik, aku biasa
melakukannya di mobil, di kamar, dan di mana
saja ada kesempatan. Aku suka sekali melihat
Abang menggelinjang kenikmatan, aku suka
sekali melihat dan merasakan batang kemaluan
Abang bergerak-gerak ketika dirangsang.
Biasanya batang kemaluan Abang akan sangat
cepat ereksi bila aku menghisap kepala batang
kemaluan, dan memainkan lidahku di kepala
batang kemaluan seperti sedang menghisap
permen kojak (tahu kan, permen bundar yang
ada gagangnya).
Setelah sering kami melakukan petting atau oral
seks, dengan keadaan Abang bugil, dan aku
hanya mengenakan pakaian dalamku, lama-lama
aku berani juga membuka celana dalamku ketika
petting. Hal ini aku beranikan setelah mendengar
cerita Abang tentang temannya yang suka
melakukan petting dengan pacarnya tanpa
mengenakan apapun, tapi tidak melakukan
penetrasi. Aku tertarik juga, lagi pula selama ini
Abang suka memasukkan kelaminnya ke celana
dalamku, jadi sama saja. Akhirnya pada suatu
saat aku membiarkan Abang membuka celana
dalamku.
Semula aku masih malu dan menutupi
kemaluanku dengan tangan bila Abang melihat
ke arah kelaminku. Aku juga masih belum
memberikan kesempatan kepada Abang untuk
memegang alat kelaminku. Tapi itu tidak
bertahan lama. Lama-kelamaan kepercayaanku
kepada Abang semakin meningkat dan
membiarkan Abang melihat dan memegang alat
kelaminku. Aneh rasanya alat kelaminku
dipegang orang, berarti Abang adalah orang
asing pertama yang memegang alat kelaminku.
Aku kurang begitu senang bila alat kelaminku
dipegang, apalagi kalau masih kering. Lubang
kemaluanku memang sulit basah. Terkadang
bisa kering dengan cepat kalau rangsangan tiba-
tiba hilang. Karena aku sering mengeluh,
akhirnya Abang jarang memegang dan
menyentuh kelaminku lagi. Padahal sebetulnya
nikmat juga kalau sudah terangsang.
Suatu saat, kami sedang bercumbu dan aku
hanya mengenakan BH-ku saja, kemudian
Abang menciumi badanku. Aku sangat
menyukai bila Abang mulai menciumi seluruh
tubuhku, terasa geli tapi nikmat. Ciuman Abang
mulai turun ke bawah, aku tahu, pasti Abang
akan melakukan oral seks terhadap diriku. Aku
menolak, dan mati-matian aku tidak mau Abang
melakukan oral seks kepada diriku. Aku tidak
mau Abang kecewa setelah melakukan oral seks
kepada diriku. Aku takut Abang mencium bau
yang tidak sedap di area kewanitaanku. Aku tidak
mau Abang menciumi daerah tubuhku yang
kotor. Aku selalu meminta Abang untuk
langsung memelukku dan melakukan petting
seperti biasa, hanya dengan cara seperti ini aku
berusaha merayu Abang untuk tidak melakukan
oral seks, tapi tetap melakukan kontak seksual.
Lama-kelamaan, Abang bertanya, mengapa aku
menolak. Aku mengatakan sejujurnya tentang
pandanganku. Abang tertawa mendengar
penjelasanku, dan ia kembali memberikan
penjelasan kepadaku tentang oral seks. Tidak
lupa ia selalu memberikan literatur-literatur
tentang oral seks dan menerangkan kepadaku
dengan sabar.
Suatu saat, setelah aku yakin, aku membiarkan
Abang melakukan oral seks kepada diriku.
Ternyata luar biasa! Aku tidak dapat
mengungkapkan perasaan nikmat yang
kurasakan ketika Abang melakukan oral seks.
Biasanya aku hanya bisa menggelinjang,
meremas bantal atau memeluk bantal erat-erat
ketika Abang memainkan lidahnya di sekitar bibir
kemaluan atau di klitorisku. Sensasional sekali.
Sayangnya aku tidak dapat mendekap tubuh
Abang ketika Abang sedang melakukan oral
seks. Aku merasa bahwa aku tidak akan bisa
orgasme kalau aku tidak memeluk Abang. Maka
biasanya bila kenikmatan begitu memuncak, aku
menarik Abang untuk melakukan petting seperti
biasa dan kemudian tidak lama kemudian aku
akan mendapat orgasme.
Tentang Masturbasi dan Orgasme
Sejak berpacaran dan bercumbu dengan Abang,
aku mulai seringkali merasa gairah seksualku
meningkat. Aku sering merasa ingin dipeluk,
dicumbu dan melakukan kontak seksual dengan
Abang. Aku seringkali berpikir bercumbu dengan
Abang dan aku bermasturbasi. Banyak cara
bermasturbasi, Abang mengajariku berbagai
macam cara bermasturbasi, tapi aku lebih
senang memeluk bantal guling, dengan aku
berada di atas guling, aku menggerak-gerakkan
pinggulku menggesekkan klitoris pada bantal
guling sampai orgasme. Posisi seperti
menunggang kuda ini memang amat sering
membuatku orgasme. Hampir 90% orgasmeku,
baik masturbasi maupun kontak seksual dengan
Abang aku dapatkan dengan posisi seperti ini.
Posisi ini memang memungkinkan aku
menentukan sendiri daerah mana yang lebih
enak digesekkan, dan seberapa besar gesekan
yang pas.
Dalam bermasturbasi, aku selalu
membayangkan Abang di bawah, dan aku
berada di atasnya. Aku juga pernah mencoba
menggunakan shower air hangat, rasanya
menyenangkan dan mengasyikan, tapi tekanan
air aku anggap masih kurang pas buatku, aku
tidak dapat orgasme dengan menggunakan
teknik pancuran ini. Aku juga tidak suka
menggunakan tangan, karena kurang nyaman
bila memegang daerah klitoris.
Aku menyesal baru mengetahui masturbasi
setelah mengenal Abang. Karena jika aku sudah
mengenal masturbasi sejak dulu, tentunya aku
lebih dulu merasakan kenikmatan ini. Saat ini,
aku terus melakukannya bila kangen dengan
Abang, hasratku meninggi. Apalagi aku dan
Abang berada di lain kota, maka masturbasi
memang jalan keluar yang terbaik untuk
melepas keinginan seksualku. Terkadang aku
menjadi sangat terangsang bila Abang
mengatakan di telepon bahwa batang
kemaluannya sedang ereksi, atau Abang sedang
merayu-rayuku. Setelah meneleponku, aku
mulai merangsang klitorisku dengan
menggesek-gesekkan daerah kelaminku ke
bantal guling.
Tidak seperti wanita lain yang kubaca di literatur
atau buku-buku, aku adalah wanita yang cepat
sekali mendapat orgasme. Dengan Abang, aku
hampir selalu orgasme, apalagi dengan posisi
aku berada di atas. Aku selalu merasakan puncak
kenikmatan seksual yang amat sangat
menyenangkan bila kontak seksual dengan posisi
ini. Dalam satu kali melakukan kontak seksual
ataupun masturbasi, aku hanya bisa orgasme
satu kali. Sulit sekali untuk mendapatkan
orgasme yang kedua apalagi ketiga. Aku harus
menunggu lama sekali, biasanya melakukan
aktivitas dulu baru bisa orgasme lagi. Itupun
hanya satu kali. Tetapi bagiku ini bukan suatu
masalah. Aku sudah cukup beruntung dapat
menikmati kenikmatan surgawi yang luar biasa
hampir di setiap kontak seksual.
Aku tidak dapat membayangkan wanita lain
yang tidak pernah mengalami orgasme, aku
tidak dapat membayangkan kehidupan seksual
mereka yang kurang menyenangkan. Bagiku
orgasme adalah sangat penting. Ada hal penting
yang menggoda diriku, bahwa aku tidak pernah
mengeluarkan cairan saat orgasme. Memang
kemaluanku terasa basah bila terangsang, akan
tetapi tidak pernah mengeluarkan cairan seperti
layaknya Abang mengeluarkan sperma saat
ejakulasi. Namun aku selalu merasakan kepuasan
yang luar biasa saat aku orgasme. Menurut
Abang hal itu biasa pada wanita, bahkan
menurut Abang, pacar-pacarnya dulu juga tidak
pernah ejakulasi ketika orgasme.
Hal lain yang aku sering lakukan adalah bahwa
memang aku seringkali tidak membutuhkan atau
tidak menginginkan orgasme pada setiap kontak
seksual, terkadang aku hanya ingin melayani
Abang. Hal ini tampaknya sulit dimengerti oleh
Abang. Abang seringkali memaksakan diri agar
aku mengalami orgasme setiap melakukan
kontak seksual. Padahal, terkadang aku sangat
puas hanya dengan melayani Abang, bukan
kepuasan seksual, tapi kepuasan psikologis dapat
melayani dan memberikan kepuasan surgawi
kepada pasangan yang amat kusayangi.
Keperawanan dan Hubungan Seksual
Aku selalu berusaha menjaga keperawananku.
Aku berprinsip bahwa aku tidak ingin melakukan
hubungan seksual sebelum menikah. Aku ingin
memberikan kesucianku kepada suamiku.
Keinginanku hanya setengah terkabul. Memang
yang memerawaniku adalah Abang, akan tetapi
sebelum pernikahan, kira-kira 5 minggu sebelum
pernikahan kami. Saat itu kami sedang
melakukan petting seperti biasa. Sebelum petting
kami berdiskusi tentang malam pengantin kami,
keperawanan dan impian kami dalam menikmati
malam pertama. Aku menceritakan ketakutanku
menghadapi malam pertama. Aku tidak dapat
membayangkan batang kemaluan Abang (yang
menurut ukuranku besar) akan memasuki
kewanitaanku yang sangat kecil. Aku juga
membayangkan kalau batang kemaluan Abang
yang keras memasuki lubang kewanitaanku,
tentunya menyakitkan.
Aku banyak mendengar dari teman-teman kuliah
yang sudah menikah, atau dari pengalaman
orang lain bahwa hubungan seksual pertama kali
akan menyakitkan, ada yang sampai tidak bisa
berjalan, sakit selama satu bulan, dan lain-lain.
Ketakutan itu begitu menghantui diriku. Di satu
sisi, aku memang amat ingin merasakan
hubungan seksual yang menurut banyak orang
begitu nikmat, akan tetapi aku takut untuk
melakukan yang pertama. Jika Abang bertanya
kepadaku, apakah aku ingin melakukan
hubungan seksual di malam pertama atau tidak,
aku bingung. Aku sempat mengatakan
sebetulnya aku ingin sudah tidak perawan saat
malam pertama, agar aku dapat menikmatinya
tanpa sakit.
Rupanya Abang salam paham dengan
pernyataanku ini. Maka pada malam itu, ketika
petting, Abang bertanya apakah batang
kemaluannya boleh dimasukkan. Aku saat itu
ragu-ragu, antara ingin dan tidak. Aku tidak
mengatakan apa-apa, tapi tidak lama setelah
batang kemaluan Abang menggesek-gesek
kemaluanku dari luar, aku merasakan sesuatu
yang memasuki lubang kewanitaanku. Agak
nyeri, dan aku tahu bahwa Abang telah
memasukkan batang kemaluannya ke dalam
liang kewanitaanku. “Abang…! Jangan Abang…”
Bisikku saat itu, Abang seolah tidak mendengar
dan aku merasakan batang kemaluannya
semakin dalam masuk ke dalam liang
senggamaku seiring dengan gerakan pinggul
Abang. Aku menolak Abang, saat itu kuputuskan
aku tidak ingin melakukannya dahulu, dan aku
merasakan sakit pada lubang kewanitaanku.
Karena aku mendorongnya, aku merasakan
batang kemaluannya tercabut dari liang
kewanitaanku. Agak nyeri, ada perasaan seperti
benda yang memaksa masuk, dan ada sensasi
seperti (maaf) saat kotoran yang keluar di saat
buang air besar, tapi sensasi ini di lubang
kewanitaanku. Abang tetap memeluk, dan saat
itu bersamaan dengan orgasmenya. Aku merasa
lega, karena bersamaan dengan Abang
orgasme. Aku pun memeluknya dengan erat.
Setelah Abang melepaskan diri, karena ingin
membersihkan tumpahan sperma di kasur, aku
melihat ada tetesan darah di paha dan rambut
kemaluanku, dan juga di sprei bersama
tumpahan sperma Abang. Saat itu aku berpikir
bahwa aku dapat haid, karena memang sudah
saatnya aku datang bulan. Rangsangan seksual
tentunya membantu keluarnya darah, pikirku.
Segera Aku membersihkan noda darah di sprei
dan di sekitar kemaluanku dengan tissue,
Kemaluan Abang juga aku bersihkan dengan
tissue. Saat itu masih terasa sensasi adanya
barang yang masuk di kemaluanku walaupun
sudah tidak ada apa-apa lagi.
Setelah bersih-bersih, dan menghabiskan waktu,
sore hari aku memeriksa pembalut wanitaku.
Ternyata tidak ada lagi darah keluar. Padahal
biasanya pendarahan di hari pertama lumayan
banyak. Aku menyampaikan hal ini ke Abang.
Abang hanya terdiam, dan dia mengatakan
bahwa ada kemungkinan aku sudah tidak
perawan lagi.
Aneh, aku tidak merasa menyesal, sedih, atau
apapun. Aku hanya berpikiran bahwa kalaupun
itu adalah darah perawanku, aku tidak menyesal
karena aku berikan kepada Abang, yang saat itu
sudah kuanggap sebagai suami (karena tinggal 5
minggu lagi kami akan menikah). Aku hanya
khawatir bahwa darah tersebut bukan karena
sobeknya selaput dara, akan tetapi karena
gangguan dalam rahimku. Pikiran ini terus
menghantui diriku sampai seminggu setelah itu.
Untungnya Abang bisa meyakinkanku bahwa
bukan kelainan, akan tetapi akibat sobeknya
selaput keperawananku. Kami sepakat bahwa
akan kita lihat pada malam pertama. Jika ternyata
aku tidak berdarah lagi, berarti itu adalah akibat
sobeknya selaput dara, akan tetapi bila berdarah,
ada kemungkinan dari sebab lain. Kami sangat
berdebar menunggu hari H. Sampai hari H, kami
tidak pernah melakukan lagi, bahkan petting pun
jarang kami lakukan. Selain sibuk, aktifitas
seksual kami lakukan hanya dengan melakukan
petting saja.
Tidak terasa, hari yang ditunggu tiba. Acara
pernikahan berlangsung lancar. Aku begitu
terharu, begitu juga Abang. Malam pertama
kami lewatkan di sebuah hotel. Kami merasa
senang sekali, saat mandi, kami mandi berdua,
saling menyabuni satu sama lain, begitu
menyenangkan. Saat itu juga kami saling
mencukur bulu kelamin satu sama lain sampai
benar-benar mulus (namun kami berdua sepakat
bahwa kami tidak akan mencukur lagi sampai
mulus karena amat sangat tidak nyaman ketika
rambut-rambut itu tumbuh kembali).
Setelah acara dengan keluarga terdekat selesai
dan kami kembali ke hotel, Aku langsung
memeluk Abang, mencium pipinya. Berjuta
perasaanku saat itu, senang, takut, terharu, lelah,
namun ada hal yang amat kusukai, bahwa
akhirnya kami berdua bisa menikah dan menjadi
suami-isteri. Aku memaksa Abang untuk
melakukan malam pertama kami malam itu,
semula Abang mengalah dan tidak ingin aku
terpaksa karena lelah. Tapi aku memaksa karena
aku tidak ingin suamiku tidak merasakan malam
pertama, yang ditunggu-tunggu. Abang
kemudian mencumbuku, setelah batang
kemaluannya tegak sempurna dan sangat keras
(hasil latihannya sebelum menikah membuat
batang kemaluannya keras luar biasa. Aku
sempat takut tapi terkagum-kagum).
Sebelum memasukkan batang kemaluannya,
aku menuangkan sedikit baby oil ke lubang
kenikmatanku, dan aku juga menuangkannya di
batang kemaluan Abang (baby oil ini ide Abang,
supaya aku tidak merasa sakit saat pertama kali
berhubungan seksual, karena menurut Abang,
sakit atau tidak tergantung dari lubrikasi lubang
kemaluan). Aku menutup mataku, dan berdebar,
sangat takut. Berjuta perasaan ada dalam
pikiranku, namun aku berusaha tetap tampak
tenang. Tidak lama kemudian, aku merasakan
batang kemaluan Abang menyentuh bibir
kemaluanku. Dimain-mainkannya ujung batang
kemaluan di bibir kewanitaanku. Aku menjadi
semakin senewen. Saat itu Abang terus
menciumi pipi, leher, kuping sambil terus
memainkan ujung batang kemaluan di bibir
kemaluanku. Aku menjadi bernafsu, dan mulai
mengulum bibir Abang.
Tidak lama kemudian, aku merasakan
kemaluanku terasa sedikit panas, dan penuh saat
batang kemaluan Abang memasuki lubang
kemaluanku. Aku tersentak, ingin rasanya
mendorong Abang. Untung tidak aku lakukan,
aku malah memeluknya keras. Namun aku tidak
dapat menahan rintihanku. Aku hampir
menangis ketika Abang berhenti melakukannya
dan berkata ingin mencabut kalau aku merasa
sakit (Abang begitu perhatian dan sayang
padaku, sampai-sampai Abang mau berhenti
melakukan kenikmatan malam pertama untukku)
. Aku begitu terharu, dan aku memintanya untuk
meneruskannya. Aku tidak dapat menikmati
malam pertamaku. Sakit, dan ada sensasi seperti
saat membuang air di kemaluanku saat batang
kemaluan Abang keluar masuk. Aku tidak
orgasme selama dua malam, tapi aku sangat
puas.
Dari malam pertama aku tahu bahwa selaput
daraku sudah sobek 5 minggu sebelum
pernikahan. Rasa sakit, sepertinya bukan karena
sobeknya selaput dara, akan tetapi karena belum
terbiasanya lubang kewanitaanku menerima
batang kemaluan dan lubrikasi yang kurang.
Hari ketiga, ketika sudah kesekian kalinya kami
melakukan hubungan badan, aku mendapatkan
orgasme pertamaku yang aku dapat saat
melakukan hubungan seksual. Seperti biasa, aku
mencapai kenikmatan luar biasa tersebut dengan
posisiku di atas. Ada sensasi yang sangat
berbeda ketika aku orgasme dengan adanya
batang kemaluan yang masih berada dalam liang
senggamaku, luar biasa. Sejak saat itu, aku
sudah mulai menyukai, amat menyukai, bahkan
tergila-gila melakukan hubungan seksual dengan
Abang. Begitu menyenangkan dan nikmat sekali.
Aku pun lama-lama dapat berhubungan seksual
tanpa harus menggunakan baby oil. Saat ini
sudah beberapa posisi yang kami coba. Dari
semua posisi, aku sangat menyukai dua posisi
Missionary: Abang di atas dan memelukku, atau
aku di atas dan memeluk Abang dari atas. Posisi
terakhir ini yang pasti membuatku orgasme.
Hasil latihan Abang memperkeras batang
kemaluannya dan menahan orgasme
membuatku sangat tergila-gila untuk selalu
melakukan hubungan seksual. Saat aku tidak
bersama Abang, biasanya aku bermasturbasi
dan membayangkan saat batang kemaluan
Abang memasuki lubang kewanitaanku.
Sungguh, menurutku tidak ada hal lain yang
amat menyenangkan diriku saat aku orgasme
ketika melakukan hubungan seksual dengan
Abang. Latihan Keggel yang kujalani ternyata
dapat membantuku mencapai orgasme dan juga
menurut Abang menambah nikmat hubungan
seksual ketika aku melakukan kontraksi otot-otot
yang aku latih dengan latihan Keggel.
Aku saat ini merasa bahwa aku adalah wanita
paling bahagia di dunia, karena aku mempunyai
suami yang baik, pengertian, sabar, dapat
memenuhi nafsu seksualku yang tidak pernah
padam, dan aku termasuk di antara sedikit
wanita yang pernah dan sering mengalami
orgasme ketika berhubungan seksual. Oleh
karena itu, bila anda ingin bertanya, berbagi
pengalaman, ingin tips-tips, kritik dan lainnya,
silakan Anda menghubungi saya atau suami
saya melalui e-mail. Kami berdua akan sangat
senang berkomunikasi dengan Anda semua.
Semoga tulisan ini dapat berguna.
TAMAT


Adult | GO HOME | Exit
1/1233
U-ON

inc Powered by Xtgem.com